Mengutip kata-kata seorang penulis Andi Widjajanto, Ketua Program Studi
Hubungan Internasional, FISIF UI " jika kita tidak memiliki kesadaran
strategis bahwa lawan sudah memulai perang dengan mengandalkan
teknologi informasi, kita akan di kejutkan oleh kondisi di mana kita
tidak lagi memiliki kekuatan strategis untuk mempertahankan kepentingan
nasional. Sejarah perang global menunjukkan terjadinya pegeseran pusat
kekuatan strategis negara.
Dalam perang generasi I, pusat kekuatan strategis di tumpukan kepada interaksi pemerintah dan meliter dengan cara membangun benteng-benteng pertahanan yang kokoh, dan senjata-senjata canggih untuk menghancurkan lawan.
Dalam perang generasi I, pusat kekuatan strategis di tumpukan kepada interaksi pemerintah dan meliter dengan cara membangun benteng-benteng pertahanan yang kokoh, dan senjata-senjata canggih untuk menghancurkan lawan.
Perang tahap ke II setelah bom atom yang meluluhlantakan hirosima
dan nagasaki memunculkan strategi perang nuklir, yaitu senjata satu
jenis yang di gunakan sekali untuk penghancuran masal. kini kita
memasuki perang tahap ke III dimana senjata utamanya adalah
mengandalkan teknologi informasi yang di pandang tidak hanya
melumpuhkan infrastruktur meliter, namun juga mampu melumpuhkan
infrastruktur nasional, bahkan integrasi sosial suatu bangsa , tujuan
utama dari perang teknologi informasi ini adalah mengalahkan lawan
tanpa pertempuran meliter, kunci keberhasilan taktik perang media
informasi ini terletak di penguasaan teknologi informasi.
Hal ini jugalah yang menimpa di negeri ini, dengan menguasai
teknologi informasi rakyat bisa tidak percaya kepada pemerintah, LSM,
Organisasi, Instansi-instansi, Partai dll, Media menjadi bagian yang
teramat penting dalam kehidupan manusia saat ini, tuntutan mendapatkan
informasi cepat, terlebih lagi di era segala sesuatu serba online
seperti saat ini, informasi semangkin deras, tidak hanya di manfaatkan
sebagai sarana komunikasi saja, tapi informasi-informasi dari wartawan
ke khlayak umum, tiap ada peristiwa yang baru terjadi informasinya
langsung di terbitkan oleh media online, sedangkan media cetak seperti
koran, majalh isi berita baru bisa di ketahui esok hari.
Melihat perkembangan ini, media massa amat riskan utk di tunggangi
oleh kepentingan individu,kelompok, atau golongan tertentu untuk
mempengaruhi opini masyarakat, ada berita muatan-muatan tertentu yang
di sisipkan apakah itu sifatnya pencitraan atau pembunuhan karakter
sehingga si A, atau kelompok tertentu yang buruk kelihatan baik, yang
baik kelihatan buruk sehingga menjadi hancur.
Di negara kita setelah terjadinya reformasi, beberapa media di
kuasaai oleh pihak tertentu yang memilik kedekatan dengan pemerintah
atau politik oposisi. sebuah revolusi besar di mana informasi sangat
mudah di akses oleh masyarakat dan sangat cepat menyebar, bahkan bukan
hanya cepat menyebar dan mudah di akses tapi seolah-olah menghampiri
masyarakat dan memaksa untuk dikonsumsi.
media dapat mempengaruhi pada kondisi ekonomi, politik ataupun
sosial budaya. khususnya di indonesia stelah 1998 pasca reformasi,
membuka pintu liberalisasi pers seluas-luasnya, berita-berita dari pers
ini sangat mempengaruhi, bagaimana bias berita yang buat oleh watawan
dapat berpengaruh besar bagi pembentukan opini masyarakat, efek negatif
ini bisa terjadi pada suatu partai yang di jelekkan oleh pemilik
media, yang mana pemilik media adalah orang yang tidak senang dengan
partai tersebut. oleh karena itu selama media masih di kuasai pihak
tertentu yang mempunyai kepentingan tertentu, apakah telivisi, media
online dan media cetak, berita akan menjadi alat politik pemiliknya
untuk menjatuhkan lawan politiknya.
Posting Komentar