(WOL Photo/Ega Ibra)
STABAT
– Jumlah warga Kabupaten Karo yang mengungsi ke Kabupaten Langkat sejak
dua hari pascaerupsi Sinabung dilaporkan bertambah hingga mencapai 500
jiwa.
“Ada 500 jiwa warga yang mengungsi dari Tanah Karo akibat
erupsi Sinabung,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Langkat, Hardianul Zally di Stabat, tadi malam.
Mereka terdiri dari, 150 kepala keluarga atau 257 jiwa laki-laki dan 243 jiwa perempuan.
Beberapa
hari sebelumnya, jumlah warga Karo yang masih bertahan di Posko
pengungsian Kabupaten Langkat tercatat masih sekitar 340 jiwa.
Ia
menjelaskan, peningkatan aktivitas gunung berapi tersebut menjaid
penyebab utama sejumlah warga kabupaten Tanah Karo, khususnya dari
Kecamatan Naman Teran, kembali mengungsi ke Langkat ini.
Terkait dengan bertambahnya jumlah pengungsi, pihaknya menambah satu tenda lagi untuk menampung para pengungsi.
“Kami juga sudah menyalurkan sebanyak 100 lembar selimut kepada pengungsi yang baru datang,” ujar Hardianul.
Sedangkan untuk stok bahan makanan dan obat-obatan, menurut dia, masih cukup untuk didistribusikan kepada para pengungsi.
Salah
seorang pengungsi Adi Barus menjelaskan bahwa mereka kembali mengungsi
karena khawatir dengan kondisi gunung Sinabung yang kembali
mengeluarkana wan panas.
Bahkan sejumlah perladangan dan
perkebunan yang berada di desa sekitar gunung Sinabung sudah rawan
terkena awan panas, sehingga warga harus kembali melakukan pengungsian.
Padahal
sebelumnya sejumlah warga yang mengungsi ke Langkat ini sudah mulai
kembali ke desa mereka guna melihat kondisi rumah dan areal perladangan,
namun hingga sekarang ini warga yang mengungsi kembali bertambah.
Adi
Barus mengaku, selama di lokasi pengungsian tak banyak kegiatan yang
dilakukan, kecuali hanya mengisi waktu luang dengan membuat kerajinan
tangan.
Akibat erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo,
yang terjadi terus menerus, menyebabkan harga jual sayuran di Kabupaten
Langkat Sumatera Utara, mengalami kenaikan mencapai 300 persen.
"Harga sayuran di Langkat naik 300 persen," kata salah seorang pedagang di pajak Stabat Dina Harahap di Stabat, tadi malam.
Kenaikan
harga sayuran terus terjadi seiring pasokan yang semakin berkurang di
pasar tradisional yang ada di kota Stabat ini, katanya.
Dina Harahap menjelaskan seperti harga tomat sebelumnya Rp5.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp15.000 per kilogramnya.
Demikian
juga dnegan harga cabai merah dari sebelumnya Rp 25.000 per
kilogramnya, kini harganya naik menjadi Rp 47.000 per kilogramnya.
Sedangkan harga sayuran lainnya, rata-rata naik antara Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kilogram, katanya.
Kenaikan
harga sayuran ini sudah terjadi sejak dua bulan yang lalu, akibat
erupsinya terus gunung Sinabung di kabupaten Tanah Karo.
Karena warga petani yang bercocok tanam, sekarang ini pada masih mengungsi dan belum bisa beraktifitas seperti biasanya.
Selain
itu pasokan sayuran dari petani Langkat sendiri masih kurang, juga
disebabkan karena beberapa kawasan di landa banjir menjelang akhir
Desember kemarin, katanya.
"Pasokan sawi, kangkung, genjer, daun ubi, termasuk cabai merah, sangat sedikit di pasaran," katanya.
Dina
hanya bisa berharap agar situasi Sinabung bisa kembali normal, agar
warga Tanah Karo yang biasanya bercocok tanam dan menjadi salah satu
penghasil terbesar sayuran di Sumatera Utara, bisa kembali bertani dan
menjual hasil ladangnya ke Langkat. |
Posting Komentar