(dtc)
detikNews - Jakarta, Menjadi relawan
Sapu Bersih (Saber) Ranjau Paku bukan pekerjaan gampang. Tak sekadar
hanya memunguti paku di jalanan. Namun benar-benar harus dari panggilan
hati.Jangankan digaji, ancaman dan teror dari pelaku penyebar ranjau justru kerap diterima relawan. Hal ini pula yang sudah diketahui Abdul Rohim sebelum mendirikan komunitas Saber Ranjau Paku pada Agustus 2011 lalu.
Berbagai pengalaman pahit sering dialami Rohim. Mulai dilempar botol, dikeroyok, hingga hampir ditabrak sepeda motor oleh pelaku penyebar ranjau saat menyapu jalanan sudah pernah dialami.
Pada 2010 lalu, pria berbadan kurus ini berhasil membuat pelaku penyebar ranjau yang juga tukang tambal ban di Jalan Daan Mogot ditangkap polisi.Namun, beberapa hari kemudian, dua orang teman pelaku tidak terima dan mengintimidasi dengan ancaman.
“Saya dikeroyok kena beberapa pukulan. Tapi, mereka besoknya gak kelihatan lagi. Pindah lokasi kayaknya,” ujar pria yang berprofesi sebagai sopir ini kepada detikcom, Kamis (09/01).
Rekan seperjuangan Rohim, Siswanto juga memiliki pengalaman yang menegangkan saat membersihkan jalanan dari ranjau paku. Ketika itu Siswanto sedang menyisir jalanan dari jembatan layang Roxy, Monas, dan Jalan Majapahit. Ia diikuti pelaku penyebar ranjau.
Bila jembatan layang sudah dibersihkan, para pelaku menggiring Siswanto agar ke Monas karena mereka membuang ribuan paku di sana. Tapi, setelah Monas di sisir dan dibersihkan, pelaku kemudian membuang kembali ke Jalan Majapahit.
Karena kesal melihat Siswanto pantang menyerah, ia ditabrak sepeda motor oleh pelaku. Tapi, buru-buru, Siswanto melompat untuk menghindari tabrakan.
Hasilnya, kakinya banyak mengeluarkan darah karena terkena gesekan aspal jalan. “Ya itu resiko. Saya kucing-kucingan sama mereka. Tapi, hari itu saya ngumpulin 10 kilo paku,” ujar ayah tiga anak ini menceritakan perjuangannya
Posting Komentar