Headlines News :
Home » » Demo Petani Ricuh, 8 Luka Polwan Jatuh ke Selokan

Demo Petani Ricuh, 8 Luka Polwan Jatuh ke Selokan

Written By Unknown on Selasa, 25 September 2012 | Selasa, September 25, 2012

MEDAN-Aksi unjuk rasa ratusan petani yang tergabung dalam dua kelompok, yakni Forum Rakyat Bersatu (FRB) Sumut dan Komite Tani Menggugat (KTM), pada peringatan Hari Tani atau Agraria, Senin (24/9), berakhir ricuh.
Seorang Polwan dan dua pengunjuk rasa jatuh ke selokan karena aksi dorong-dorongan. Sebanyak 30 pendemo mengalami luka-luka, 8 di antaranya luka berat hingga dilarikan ke rumah sakit.
BENTROK: Polisi  massa petani saling dorong hingga saling jotos  aksi unjukrasa  depan Kantor Gubernur, kemarin (24/9).
BENTROK: Polisi dan massa petani saling dorong hingga saling jotos dalam aksi unjukrasa di depan Kantor Gubernur, kemarin (24/9).
Awalnya, aksi berjalan damai. Diawali kedatangan massa FRB Sumut di depan Kantor Gubernur Sumatera Utara, Jalan Pangeran Diponegoro, Medan. Massa yang jumlahnya hanya sekitar 200-an orang itu menggelar orasi dan memeragakan secuplik aksi teatrikal.
Dipimpin Ketua Umum DPP FRB Sumut, Rabu Alam Syahputra, massa menyampaikan beberapa tuntutan kepada Pemprovsu. Antara lain, mendesak Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho membentuk Tim Rekonstruksi Penyelesaian Sengketa Lahan antara PTPN2 dengan masyarakat, sesuai hasil rekomendasi Panitia Kerja (Panja) Pertanahan Nasional Komisi II DPR RI, tertanggal 27 Juni 2012. Meminta Pemprovsu segera membentuk Tim Terpadu Penyelesaian Konflik Tanah di Sumut, yang melibatkan masyarakat BUMN, Perkebunan Negara, PT Perkebunan Swasta, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan konflik tanah lainnya. Dan mendesak Gubsu membentuk Tim Distribusi lahan seluas 5.807,06 hektare yang melibatkan unsur masyarakat petani, agar proses distribusi tidak memancing konflik yang lebih besar.
Setelah beberapa jam berorasi, 10 orang perwakilan FRB Sumut diterima Kepala Biro Hukum Pemprovsu Abdul Jalil. Kepada pengunjukrasa, Abdul Jalil berjanji Pemprovsu akan membahas tuntutan para petani. Mendengar janji tersebut, massa FRB membubarkan aksi.
Usai massa FRB membubarkan diri, massa Komite Tani Menggugat yang jumlahnya lebih besar dari massa FRB, datang berunjukrasa ke Kantor Gubsu. Sebelumnya, massa KTM ini telah menggelar aksi demo di Bundaran SIB dan di Kantor DPRD Sumut. Hanya ditemui Syamsul Hilal, politisi senior dari PDI-P Sumut, massa selanjutnya mendatangi Kantor Gubsu sekitar pukul 13.00 WIB. Di sana, massa sempat memblokir jalan.
Dalam orasinya, massa mendesak Pemprovsu menuntaskan 2.400 kasus tanah di Sumut. Setelah berorasi selama beberapa jam, emosi massa mulai meningkat karena tak satupun pejabat Pemprovsu bersedia menerima mereka.
Maka Bakal Calon Gubsu, Benny Pasaribu, terlihat menghampiri sejumlah wartawan untuk memberikan tanggapannya terkait Peringatan Hari Tani Nasional. Massa mulai emosi. Pimpinan aksi, Martin, memberikan instruksi agar massa mengusir Benny Pasaribu dari kerumunan aksi. Massa pun serentak melempari Benny dengan air mineral dan sisa nasi bungkus.
Melihat kerumunan massa yang tidak bersahabat, Benny beserta beberapa rekan tim suksesnya menghentikan wawancara dan menjauh dari kerumunan massa yang mulai emosi.
Selanjutnya massa terus berorasi. Menurut kordinator aksi, Johan Merdeka, pihaknya meminta Pemprovsu mencabut dan membatalkan sertifikat IMB, HGB di lahan Eks HGU PTPN II di Meriendal, Selambo, Helvetia, Sunggal dan Helvetia di Labuhan Deli. Kemudian menghentikan aktivitas pembangunan serta bongkar bangunan pagar tembok dan perumahan pihak pengembang di lahan Eks HGU PTPN2. “Seharusnya permasalahan tanah ini diselesaikan, bukan membenturkan kaum tani dengan mafia tanah. Lahan eks HGU PTPN2 harus didistribusikan untuk kemakmuran rakyat, “ sebutnya.
Hingga pukul 15.30 WIB, tak satupun pejabat Pemprovsu yang bersedia menerima mereka. Karena jenuh dan emosi, massa akhirnya menyeruduk barikade polisi, dan merangsek masuk ke area Kantor Gubsu.
Aksi saling dorong tak terelakkan. Batu-batu dan botol plastik dilempar. Baku pukul antara massa dengan personel polisi tidak terhindarkan lagi. Seorang Polwan yang ikut mengamankan aksi sempat terjerembab ke selokan, 1 meter dari pagar Kantor Gubsu. Naasnya, setelah jatuh ke selokan, si Polwan ditimpa lagi oleh dua demonstran yang juga terjatuh.
Kericuhan berlangsung sekitar 20 menit. Polisi sampai mengerahkan pasukan Pasukan Anti Huru-Hara. Water Canon juga tidak tinggal diam.
Polisi terus mengimbau massa agar tidak anarkis. Melihat kondisi yang semakin tidak kondusif, polisi menjanjikan pengunjuk rasa bertemu langsung dengan Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho. Mendengar janji tersebut, barulah massa duduk kembali di barisannya.
Sementara itu, akibat bentrokan tersebut, sedikitnya 30 pendemo luka-luka, 8 di antaranya harus dilarikan ke RS Malahayati Medan karena mengalami luka cukup parah.
Adapun nama ke-8 korban yakni M Iqbal (20) patah tangan, Selvina (17) memar di wajah, Megawati br Siahaan (41) kornea mata sebelah kiri pecah, Pardamean Sitanggang (27) lembam di wajah dan luka bekas jeratan kawat, N.Humenda (42) badan memar, Rosta (44) memar di kaki kanan, Agus Butar-butar (30) memar di punggung bagian belakang, Tina br Hutagaol (30) perut dan pinggang ditendang dan diopname di RS Malahayati Medan.

Disambut Tepuk Tangan

Selanjutnya, Plt Gubsu, Gatot Pujo Nugroho menerima perwakilan pengunjuk rasa di ruang kerjanya.  Kepada Gatot, perwakilan massa meminta perlindungan karena dibenturkan dengan mafia tanah dan pengembang.
Gatot merespon bahwa persoalan tanah di Sumut menjadi prioritas untuk dituntaskan. “Hanya saja permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan sendiri oleh Pemprovsu. Beberapa sengketa lahan kewenangannya justru ada di Badan Pertanahan Nasional (BPN). Kita sudah sampaikan ke Kepala BPN Hendarman Supandji, agar turun langsung ke Sumut,” katanya.
Selanjutnya, Gatot turun menemui massa di jalanan untuk menerima petisi petani terkait konflik agraria di Sumut. Petisi petani tersebut diserahkan langsung oleh Koordinator KTM, Johan Merdeka, kepada Gatot, disambut tepuk tangan dari ribuan demonstran yang bertahan di jalan. Kepada massa, Gatot berjanji akan membawa tuntutan petani ke rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) Sumut.
Gatot juga meminta kepada Kapolresta Medan, Kombes Pol Monang Situmorang yang ikut mendampinginya, agar tidak menahan pengunjuk rasa yang sebelumnya telah diamankan. Sedangkan demonstran yang dilarikan ke rumah sakit, Pemprovsu siap menanggung biaya perobatan.
Selanjutnya, perwakilan massa dan Gatot serah terima tuntutan massa secara tertulis, ditandatangani Gatot di hadapan massa. Selanjutnya, massa membubarkan diri.

Picu Kemacetan

Pantauan Sumut Pos, aksi unjuk rasa dijaga ketat petugas kepolisian. Dua unit mobil Baracuda, satu unit mobil water canon, satu unit mobil pemadam kebakaran, dan puluhan sepeda motor milik Polisi anti Huru-hara (PHH), standby di halaman depan Kantor Gubsu. Ratusan personel polisi gabungan dari Polresta dan Poldasu, baik dari kesatuan Sabhara, PHH, Brigade Mobil (Brimob), dan Polisi Wanita (Polwan), tampak berjaga-jaga. Kawat berduri terpasang mengelilingi kantor orang nomor satu di Sumut itu.
Massa yang menduduki Jalan Pangeran Diponegoro, membuat Ditlantas Poldasu menutup Jalan Diponegoro depan kantor Gubsu selama hampir 5 jam. Arus lalu lintas dari jalan Sudirman dialihkan ke Jalan RA Kartini dan Jalan Teuku Cik Di Tiro Medan. Eksesnya, kemacetan terjadi di ruas kedua jalan dan sejumlah ruas jalan lainnya, seperti Jalan Guru Patimpus, Jalan Adam Malik, Jalan Gatot Subroto hingga Jalan Iskandar Muda.
Spanduk-spanduk besar bertuliskan protes dan tuntutan terhadap pemerintah dipajang massa di tengah jalan yang membuat pengendara tidak bisa lewat.
Petugas kepolisian terpaksa mengalihkan semua kenderaan dari Jalan Guru Patimpus dan Jalan Glugur ke Jalan Adam Malik.
Arus lalulintas di Jalan Diponegoro kembali dibukan pukul 18.30 Wib, menyusul bubarnya ratusan massa dari depan kantor Gubsu.
Untuk diketahui, 24 September diperingati sebagai Hari Tani karena pada tanggal tersebut lahirnya Undang-undang (UU) Pokok Agraria No.5/1960. Presiden Soekarno melalui Surat Keputusannya No 169/1963, tanggal 26 Agustus 1963 mensahkan tanggal tersebut untuk diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Tani Nasional.
Selain massa FRB dan massa KTM, pada hari yang sama massa dari Forum Masyarakat Cinta Kota Medan, juga menggelar aksi demo di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) jalan Brigjen Katamso Medan. Aksi demo juga digelar memperingati Hari Agraria Indonesia ke-52.
Sekitar pukul 12.30 WIB, massa memadati kantor BPN Sumut. Uniknya, massa yang didominasi kaum ibu ini tidak menyoroti isu-isu pertanahan, tapi menyoroti kinerja Subagio, Kepala BPN Kota Medan, yang mereka nilai tidak ‘becus’.
“Kepala BPN Kota Medan, Subagio, mirip seorang mafia. Jam kerjanya hanya tiga hari seminggu. Selasa ngantor, Kamis pulang kampung menjumpai istri tercinta,” teriak massa.
Massa juga menilai Subagio arogan, menindas bawahan, melaksanakan sistem birokrasi bertele-tele, dan mempunyai pemahaman hukum yang dangkal. “Pemahaman hukumnya dangkal, tapi dia sok pintar. Selalu pilih kasih dalam membuat kebijakan. Dan lebih menguntungkan kelompoknya,” teriak massa. Untuk itu, massa menuntut Subagio diganti dengan orang yang cerdas dan tidak arogan.
Setelah satu jam berorasi dan tidak ditanggapi BPN, massa memaksa masuk ke kantor BPN Sumut, sehingga terjadi aksi dorong antara massa dengan polisi. Karena tidak berhasil, massa pun membakar ban bekas di depan pintu masuk. Setelah beberapa waktu, Kepala Bagian Tata Usaha BPN Sumut Moren Naibaho menemui massa. Kepada massa, Naibaho berjanji akan menyampaikan aspirasi massa ke kantor pusat. Mendengar itu, massa membubarkan diri.



 http://www.hariansumutpos.com/2012/09/42234/demo-petani-ricuh-8-luka-polwan-jatuh-ke-selokan
Share this post :

Posting Komentar

 
Support :Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BINGKAI SUMUT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger