“Surplus itu dihitung dari produksi cabai merah yang tahun lalu sudah 184.476 ton dari kebutuhan yang sebanyak 121.539 ton,” kata Kepala Dinas Pertanian Sumut M.Room.S di Medan, Jumat. Tahun ini pun, dipastikan produksi masih surplus. Meski surplus, namun diakui harga cabai merah sering masih mengalami fluktuasi dengan tren naik khususnya menjelang Puasa Ramadhan dan Idul Fitri.
“Kenaikan harga terjadi karena di saat-saat kebutuhan melonjak tajam di Sumut, pengiriman cabai ke provinsi lain juga meningkat,” katanya.
Peningkatan penjualan ke daerah lain karena harga jualnya bisa lebih mahal daripada menjual di Sumut yang merupakan daerah sentra produksi.
“Peningkatan pengiriman cabai ke daerah lain di saat kebutuhan meningkat itu yang mendorong harga cabai menjadi naik di Sumut di bulan-bulan tertentu seperti menjelang Puasa Ramadhan dan Idul Fitri,”katanya.
Belajar dari pengalaman tersebut, kata Room, Distan Sumut terus mendorong agar petani dan bahkan masyarakat meningkatkan produksi cabai merah itu.
“Surat edaran untuk peningkatan produksi cabai di petani dan masyarakat sudah dikeluarkan berkala ke pemkab/pemkot sejak tahun lalu,”katanya.
Tahun ini misalnya, dengan menggunakan dana APBN dan APBD Sumut, misalnya, Distan Sumut melakukan penambahan areal tanaman cabai di Tapanuli Utara seluas 40 hektare.
Penanaman cabai menggunakan polybag juga diimbau ditingkatkan di kalangan masyarakat daerah itu.
Pedagang sayur-mayur di Pasar Inpres Titi Kuning, Medan, N br Tarigan, mengakui, harga cabai merah paling sering bergejolak menjelang Puasa Ramadhan dan Idul Fitri karena pada saat itu permintaan naik tajam.
Pekan ini, kata dia, harga jual relatif stabil di harga murah atau Rp10.000 per kg.
“Walau harga bawang merah dan bawang putih serta tomat mahal, harga cabai masih cenderung stabil karena produksi banyak,” katanya.
Posting Komentar